Malang, Mimbarbangsa.co.id – Pakar Geologi Universitas Brawijaya Malang Adi Susilo mengungkapkan gempa bumi magnitudo (M) 6,1 yang terjadi di Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur pada Sabtu (10/4/2021), merupakan gempa bumi dengan fenomena gelombang rayleigh. Gempa bumi ini baru pertama kali terjadi di Indonesia setelah gempa di Kanada, Amerika Latin karena garis gempanya tidak merata dan terjadi hanya pada satu blok.
“Gempa di Malang merupakan gempa gelombang rayleigh. Ada gelombang rayleigh dalam satu bidang dan garis di daerah itu. Ini fenomena baru di Indonesia seperti yang terjadi di Kanada, Amerika Latin,” katanya, Senin ( 12/4/2021).
Ia menyebut gelombang rayleigh itu terjadi karena gempa di Malang getarannya tidak merata, sehingga menyebabkan patahan lokal yang berdampak kerusakan bangunan rumah parah yang terjadi pada satu blok.
Guru Besar Geofisika, Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam Universitas Brawijaya ini menyatakan di kawasan gempa tersebut yakni Turen, Dampit, dan Ampelgading merupakan lereng Gunung Semeru sehingga gempa sangat kuat.
“Dampit, Turen, Ampelgading itu lereng Gunung Semeru, kekuatan gempanya lebih kuat ketimbang daerah kapur di selatan Malang,” paparnya.
Maka dari itu, kata Adi Susilo, untuk mengantisipasi keselamatan warga akibat gempa susulan diperlukan tim forensik bangunan dari kalangan akademisi untuk melihat kondisi fisik bangunan warga di sekitar daerah rawan gempa di Kabupaten Malang dan Lumajang.
“Ahli forensik diperlukan untuk menganalisis kelayakan gedung dan bangunan pascagempa,” ucapnya.
Adi menghimbau kepada masyarakat korban gempa agar meninggalkan rumahnya. “Sebab gempa susulan masih akan terjadi,” tutup Ketua Pusat Studi Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya Malang itu.