Jakarta, Mimbarbangsa.co.id — Mantan ketua Jamaah Islamiah (JI) Nasir Abbas melihat ideologi ISIS sebagai pemersatu kelompok teroris Jamaah Ansharu Daulah (JAD) Sulawesi yang berada dibelakang pengeboman Gereja Katedral Makassar. Mereka ini memang awalnya bisa berangkat dari bermacam-macam background dan idelologi yang berbeda.
“Ada bedanya JAD Sulawesi dan JAD tempat lain, JAD Sulawesi ini kalau ditelusuri lebih dalam kan afiliasi dari ISIS dan di sana ada kaitan dengan kelompok di Poso yakni Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang juga setuju dengan ISIS,” kata Nasir dalam diskusi online “Api Dalam Sekam: Bom Gereja di Makassar”, Rabu (31/3/2021).
Kelompok ini akan mencari siapa saja yang mendukung ISIS dan akan mereka anggap sebagai bagian mereka ataupun bisa diajak bekerja sama. Ini adalah hal yang perlu ditandai walaupun mereka awalnya berbeda kelompok.
“Sehingga mau mereka (awalnya) JAD, mau mereka MIT, mau mereka FPI, kalau mereka setuju dengan ISIS, mereka bisa saling nyambung. Saya lihat JAD di Sulawesi ini punya kontak atau punya hubungan dengan MIT. Oleh karena itu kenapa MIT pasti bisa bertahan lama? Karena ada simpatisan di luar itu yang ikut memfasilitasi, mengirim bekal, menyediakan jalur untuk keluar masuk, inilah yang kita lihat terjadi di Sulawesi,” urai Nasir.
Lulusan akademi JI di Afghanistan ini melanjutkan, berdasar info yang ia terima pasangan bomber Makassar berinisial L dan YSF sudah terekrut JAD sejak sebelum mereka menikah.
Mereka rutin mengikuti pengajian yang dijalankan oleh Rizaldi yang sudah tewas tertembak Densus/88 pada Januari 2021 lalu di Makassar.
“Jadi mereka sudah direkrut untuk menjadi orang yang aktif menjadi anggota JAD. Mereka adalah bagian dari yang dicari setelah operasi penangkapan polisi di Sulawesi di Januari-Februari dan polisi sebenarnya sudah mengantongi ada rencana lain. Hanya pertanyaannya siapa aktornya? Di mana akan dilakukan? Teka-teki itu kemudian baru terungkap ketika terjadi bom Makassar tersebut,” ujar Nasir.
Karena itu polisi dengan cepat mengembangkan kasus ini dan menangkap sejumlah orang di sejumlah tempat.
Inilah yang dikhawatirkan Nasir, yakni JAD terus berkembang dan terus merekrut anak-anak muda untuk melakukan operasi-operasi.
“Sasaran mereka itu dua. Yang pertama pihak kepolisian yang dianggap sebagai yang menghalangi terhadap mereka, yang kedua adalah umat Kristiani. Selain itu mereka juga menargetkan kepada umat muslim lain yang dianggap menghalangi mereka,” tambahnya.
Saat ditanya mengapa gereja atau katedral yang dijadikan sasaran, Nasir menjawab, “Dari orang-orang yang saya pernah tanya dari kelompok JAD mereka mengatakan bahwa dari dulu orang Kristen itu tidak suka kepada orang Islam. Itu alasan mereka. Entah dari mana sumber dan pengalaman mereka tetapi mereka menginfonya seperti itu.”
Padahal, masih tambah Nasir, kita mengerti bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan berbagai ragam macam manusia di mana agama Kristen juga bagian dari agama samawi yang harus dihormati adanya. Tetapi kelompok ini meyakini sebaliknya, hingga mereka punya semacam kebencian terhadap umat Kristen.