 |
| Pendiri Organisasi Amaedola, Asmenlima Hulu saat mengukuhkan Pengurus Baru Organisasi Amaedola. (f:ist/mbg) |
Prosesi pengukuhan dilakukan secara langsung oleh Pendiri Amaedola, Asmenlima Hulu, yang menandai pelantikan tersebut dengan sejumlah simbol penting, yaitu penyematan pin kepada para pengurus, pengalungan gordon sebagai lambang tanggung jawab, serta penyerahan Surat Keputusan (SK), Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), dan bendera organisasi (Pataka) kepada para pengurus yang baru dilantik. Prosesi ini turut didampingi oleh Pembina Amaedola, Bapak Aperli Gulo, dan disaksikan oleh sejumlah tokoh penting yang hadir sebagai bentuk dukungan terhadap keberlangsungan organisasi, termasuk Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara, Apt. Cheriel Sri Pratiwi Laia, S.Farm, Anggota DPRD Nias Selatan, Mestine Giawa, serta perwakilan dari unsur Forkopimda, dan Kesbangpol ikut menyematkan atribut kepada BPH dan Anggota Amaedola.
Dalam struktur organisasi yang baru dikukuhkan, berikut adalah nama-nama yang dipercaya untuk memimpin roda kepengurusan BPH Amaedola ke depan:
- Ketua BPH: Triman Berkat Laia, S.H.
- Wakil Ketua BPH: Noitolo Halawa, S.Pd.
- Sekretaris: Diel Exsa Zamili, S.M.
- Wakil Sekretaris: Elvita Dakhi
- Bendahara: Ester Helmin Dachi
- Ketua Koordinator Umum: Pieter Fernando Pratama Loi
- Wakil Ketua Koordinator Umum: Romanus Roy Sarumaha
Acara pengukuhan ini juga turut dihadiri oleh berbagai organisasi kepemudaan dan keagamaan yang telah menjadi mitra kerja strategis Amaedola, antara lain GMKI, GMNI, GAMKI, KONI, BEM Uniraya, LOB Ministries, serta lembaga sosial seperti Panti Lai Nisora, Panti Mercy, dan Panti Cinta Kasih. Kehadiran mereka menjadi simbol kuat bahwa kerja-kerja kolaboratif lintas sektor adalah hal yang mutlak dalam mewujudkan visi organisasi.
Dalam bagian khotbahnya, Dr. Marinus Gulo, M.Th., yang merupakan Ketua STT Nias Selatan, memberikan peneguhan spiritual bagi para pengurus yang baru dikukuhkan. Ia menegaskan bahwa tema besar yang diangkat oleh Amaedola, yaitu “Bangkit dan Menang”, bukan hanya relevan secara teologis, tetapi juga merupakan panggilan moral bagi generasi muda Nias untuk bangkit dari keterbatasan dan berani mengambil peran kepemimpinan.
“Tema ini sejalan dengan adagium Amaedola: ‘Terlahir untuk Menang’, yang mencerminkan harapan besar bahwa pemuda Nias bukan hanya pewaris masa lalu, tetapi pemimpin masa depan,” ungkap beliau.
Dalam sambutannya, Ketua BPH Amaedola yang baru dikukuhkan, Triman Berkat Laia, menegaskan bahwa organisasi ini akan senantiasa membuka diri untuk membangun sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Kami percaya bahwa kolaborasi adalah kunci dari kemajuan. Amaedola akan terus membuka ruang kerja sama dengan organisasi lain yang memiliki cita-cita serupa untuk membangun tanah Nias yang lebih baik,” tegasnya dengan penuh keyakinan.
Sementara itu, Ketua LOB Ministries, Pendeta Pengalaman Bago, dalam sambutannya menekankan pentingnya tiga hal dalam membangun organisasi yang berdampak: koordinasi, kolaborasi, dan konsolidasi. Ia juga menyampaikan bahwa LOB Ministries siap menjalin kemitraan yang erat dengan Amaedola, karena menurutnya, Amaedola adalah satu-satunya organisasi yang secara konsisten menunjukkan kepedulian terhadap pengembangan bakat dan potensi anak-anak di Kepulauan Nias.
Sambutan penuh harapan juga datang dari Apt. Cheriel Sri Pratiwi Laia, S.Farm, anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara. Dalam penyampaiannya, beliau menyampaikan harapannya agar Amaedola dapat menjadi rumah besar bagi pemuda-pemudi Nias, tempat di mana potensi mereka tidak hanya diasah, tetapi juga diarahkan untuk kemajuan bersama.
“Amaedola diharapkan tidak berdiri atas kepentingan pribadi, tetapi menjadi ruang inklusif bagi seluruh anak muda yang ingin berkarya dan berkontribusi bagi daerah,” ujar beliau.
Sebagai penutup acara, sebuah orasi yang sarat nilai dan refleksi disampaikan oleh Pendiri Amaedola, Asmenlima Hulu. Dalam orasinya, ia mengungkapkan kegelisahan yang kini banyak dirasakan oleh generasi tua terhadap kondisi generasi muda yang mulai terlepas dari akar budayanya.
“Hari ini kita menyaksikan banyak pemuda Nias yang lupa siapa dirinya. Budaya kita perlahan-lahan mulai hilang, tergantikan oleh arus modernitas yang tidak dibarengi dengan pemahaman akan jati diri,” ungkapnya dengan penuh keprihatinan.
Ia pun menegaskan bahwa kelahiran Amaedola adalah bentuk tanggung jawab moral untuk membangkitkan kembali identitas dan semangat budaya Nias di kalangan anak muda.
“Mate zisagoto, mate zisandoto, manali zo umbu-umbu,” ucapnya, mengutip perumpamaan khas Nias yang berarti, “Generasi tua akan hilang, generasi muda akan menggantikannya.”
“Dan kita adalah generasi itu. Kitalah yang hari ini harus menjaga warisan, menanamkan kembali nilai, dan memastikan budaya kita tidak lenyap ditelan zaman.”
Dalam penyampaiannya pendiri Amaedola Asmenlima Hulu mengajak seluruh pemdua untuk ambil andil, bahkan jika mau berbagabung di Organisasi Amaedola
“Kauko Bahili Kauko Bandaso, Dolo Ndraugo, Da Udolo Do, Akha Fauma Fao-fao” “Amagu Ae Namau, Amau Namagu Ae, Ta Osara’o Gafore, Afore Nihekhe-hekhe” yang artinya mari kita Bersatu dan bersama membangun dan memajukan Kepulauan Nias
Melalui pengukuhan ini, Amaedola tidak hanya menetapkan kepengurusan baru, tetapi juga memperkuat komitmennya untuk menjadi lokomotif perubahan di tengah masyarakat Nias, dengan semangat, kerja nyata, dan cinta pada identitas leluhur.
(Walas/mbg)
