MIMBARBANGSA.CO.ID - Dalam momen perayaan Paskah yang penuh makna, organisasi kepemudaan Amaedola menggelar acara pengukuhan Badan Pengurus Harian (BPH) di Gedung GKB, Nias Selatan, Sabtu (20/4). Hadir dalam prosesi ini, Anggota DPRD Kabupaten Nias Selatan, Mestine Giawa, yang memberikan apresiasi dan rasa bangga atas konsistensi Amaedola dalam membina generasi muda serta menjaga warisan budaya Nias di tengah arus globalisasi yang kian deras.
"Sebagai putri daerah sekaligus wakil rakyat, saya merasa sangat bangga melihat masih ada organisasi seperti Amaedola yang tidak hanya fokus pada pengembangan potensi generasi muda, tetapi juga berani berdiri di garis depan memperjuangkan nilai dan budaya Nias. Ini bukan hal sepele, ini perjuangan yang layak mendapat dukungan penuh," ujar Mestine dalam keterangannya kepada media.
Pengukuhan yang dilakukan langsung oleh Pendiri Amaedola, Asmenlima Hulu, ditandai dengan penyematan pin, pengalungan gordon, serta penyerahan SK, AD/ART, dan pataka kepada pengurus baru. Turut mendampingi, Pembina Amaedola Aperli Gulo dan sejumlah tokoh penting daerah, termasuk Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara, Apt. Cheriel Sri Pratiwi Laia, S.Farm, serta unsur Forkopimda dan Kesbangpol.
Dalam sambutannya, Mestine Giawa menegaskan bahwa peran organisasi kepemudaan sangat vital dalam menciptakan generasi pemimpin yang berkarakter, berdaya saing, dan tetap berakar pada nilai-nilai budaya.
Kebanggaan Mestine bertambah ketika melihat kehadiran lintas organisasi, baik dari unsur keagamaan, pendidikan, hingga lembaga sosial seperti Panti Asuhan dan komunitas mahasiswa yang turut memberi dukungan. Hal ini menunjukkan semangat kolaborasi yang kuat di antara pemuda Nias.
Ketua BPH terpilih, Triman Berkat Laia, dalam pidatonya juga menekankan bahwa Amaedola terbuka untuk kolaborasi lintas sektor demi kemajuan Nias. Sementara itu, Pendeta Pengalaman Bago dari LOB Ministries menyebut Amaedola sebagai satu-satunya organisasi yang benar-benar memberi ruang bagi pengembangan bakat dan nilai anak-anak Nias secara konsisten.
Orasi budaya dari Pendiri Amaedola, Asmenlima Hulu, menjadi penutup yang menggugah. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap generasi muda yang mulai tergerus identitas dan kehilangan arah. Ia menegaskan bahwa Amaedola lahir untuk menjadi penjaga nilai-nilai luhur Nias, dan mengajak seluruh pemuda untuk bergabung dan bersatu dalam gerakan ini.
Mestine Giawa menutup keterangannya dengan harapan, “Semoga organisasi seperti Amaedola terus bertumbuh dan menjadi suluh di tengah kegelapan zaman. Kita butuh lebih banyak pemuda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mencintai akar budayanya.”
Dengan semangat “Bangkit dan Menang”, pengukuhan ini menjadi langkah nyata Amaedola untuk terus menyalakan bara semangat perubahan dari Nias untuk Indonesia.