Jakarta, MimbarBangsa.co.id – Yuni Sri Rahayu, seorang asisten rumah tangga (ART) dengan perjalanan hidup yang penuh tantangan, telah memutuskan untuk merambah ke dunia politik sebagai calon anggota legislatif DPRD DKI Jakarta nomor urut empat. Meski tinggal di rumah kontrakan di wilayah Cipete Utara, Jakarta Selatan, dengan harga sewa Rp1,2 juta per bulan, Yuni menjalani kehidupannya bersama keempat anaknya.
Dalam wawancara di ruang utama kontrakan, Yuni menceritakan perjalanan hidupnya dari menjadi ART sejak 2008 hingga menjadi seorang caleg. Ia mengungkapkan bahwa pernah mengalami diskriminasi, pelecehan seksual, serta kekerasan verbal dan ekonomi. Meski demikian, Yuni bersyukur atas kondisi hidupnya saat ini, menyadari bahwa beberapa ART lain mungkin mengalami situasi yang lebih sulit.
Yuni, yang sekarang bekerja di tiga majikan dengan penghasilan sekitar Rp5 juta per bulan, menerima penugasan dari Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT) Sapulidi untuk menjadi caleg melalui Partai Buruh. Meskipun awalnya enggan, Yuni akhirnya setuju karena dihadapkan pada kebutuhan untuk mengisi kekosongan suara 30 persen perempuan.
Proses pendaftaran sebagai caleg tidak mudah bagi Yuni. Meskipun mengalami rasa tidak percaya diri, ia berhasil menjadi daftar calon tetap (DCT). Yuni yang menggambarkan dirinya sebagai caleg duafa atau miskin kota menghadapi tantangan besar saat berkampanye, termasuk kendala dalam bersosialisasi di wilayahnya sendiri karena dianggap sebagai pendatang.
Dengan mengandalkan dana kampanye sebesar Rp2,5 juta yang diambil dari upahnya, Yuni melakukan kampanye dengan mengendarai sepeda motor. Dalam kunjungannya ke rumah seorang teman di Terogong, Cilandak, Yuni menegaskan bahwa meskipun tidak memiliki dana untuk dibagikan, misinya maju sebagai caleg adalah untuk mewakili perempuan dalam politik.
Meski mendapat respons positif dari sebagian warga, tidak sedikit yang bersikap acuh terhadap kampanyenya. Yuni, yang mengunjungi deretan petak kontrakan di Gandaria Selatan, Cilandak, menyimpan harapan untuk menang, meskipun menyadari berbagai tantangan yang dihadapinya.
“Apapun hasilnya Insya Allah aku terima. Karena memang untuk Jala PRT mungkin 10-15 tahun lagi baru akan mendatangkan caleg yang benar-benar mumpuni jadi anggota dewan,” kara Yuni Sri Rahayu.
Yuni Sri Rahayu mengakhiri ceritanya dengan penuh harapan, menyatakan bahwa apapun hasilnya, ia akan menerimanya dengan lapang dada. Baginya, keberhasilan ini dapat menjadi langkah awal menuju perwakilan pekerja rumah tangga di parlemen. Meski menyadari bahwa perjalanan ini adalah proses pembelajaran, Yuni Sri Rahayu tetap yakin bahwa keberhasilannya akan membawa dampak positif untuk Jala PRT.