Jakarta, MimbarBangsa.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada September 2023 tingkat inflasi year-on-year (yoy) mencapai 2,28%. Sementara itu, tingkat inflasi month-to-month (mtm) tercatat sebesar 0,19%, sedangkan tingkat inflasi year-to-date (ytd) mencapai 1,63%.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, sejumlah komoditas berperan dominan dalam menyumbang inflasi year-on-year pada September 2023. Beberapa di antaranya termasuk beras, tahu mentah, bawang putih, daging ayam ras, rokok putih, kentang, ikan segar, rokok kretek filter.
Selanjutnya adalah rokok kretek, tarif air minum PAM, tukang bukan mandor, sewa rumah, kontrak rumah, upah asisten rumah tangga, mobil, tarif kereta api, uang sekolah SMA, uang kuliah akademi atau perguruan tinggi, nasi dengan lauk, dan emas perhiasan.
Amalia menambahkan, beberapa komoditas juga berkontribusi pada deflasi, termasuk cabai merah, cabai rawit, cabai hijau, bawang merah, telur ayam ras, daging babi, minyak goreng, sabun cair atau cuci piring, tarif angkutan udara, dan telepon seluler.
“Secara bulanan, beras merupakan komoditas yang paling berperan dalam meningkatkan tingkat inflasi dengan andil sebesar 0,18%. Sementara itu, bensin juga memiliki andil inflasi sebesar 0,6% karena adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi,” kata Amalia dalam konferensi pers Inflasi September 2023 di gedung BPS, Jakarta, Senin (2/10/2023).
Amalia menjelaskan, bahwa terdapat dua peristiwa penting yang memengaruhi tingkat inflasi pada bulan tersebut. Pertama, curah hujan rendah meskipun beberapa daerah mengalami curah hujan menengah dan tinggi. Kedua, pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM non-subsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Sebelumnya pada Agustus 2023, terjadi deflasi sebesar 0,02%. Sedangkan pada September 2022, inflasinya cukup tinggi mencapai 1,17%.