Jakarta, MimbarBangsa.co.id – Pada debut perdana perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (19/6/2023), saham perdana PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) berhasil ditutup menguat Rp 11 (11%) menjadi Rp 111.
VKTR sebelumnya mencatatkan sebanyak 43,75 miliar saham, terdiri atas 35 miliar saham pendiri, 8,71 miliar saham initial public offering (IPO), dan 40 juta saham employee stock allocation (ESA). Saham VKTR dicatatkan di papan pengembangan dengan kode VKTR. Dengan harga IPO sebesar Rp 100 per saham, VKTR meraup dana Rp 875 miliar.
Berdasarkan data BEI, saham VKTR sempat dibuka langsung terbang hingga mencapai level auto reject atas (ARA) setelah naik Rp 35 menjadi Rp 135. Namun penguatan saham emiten Grup Bakrie ini berangsur-angsur turun hingga akhirnya ditutup hanya naik 11%. Saham ini bergerak dalam rentang Rp 105-135.
Komisaris Utama VKTR, Anindya Bakrie menyampaikan, VKTR telah memilih untuk berfokus dalam pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di segmen kendaraan komersial, khususnya bus dan truk.
“Data menunjukkan bahwa kebutuhan bus di Jakarta saja mencapai lebih dari 10.000 unit hingga tahun 2030. Jika memperhitungkan potensi di seluruh Indonesia, angka tersebut dapat meningkat hingga 20 kali lipat lebih besar,” ungkap Anindya bakrie dalam keterangan resmi, Senin (19/6/2023).
VKTR saat ini telah menjalin kerja sama strategis dengan BYD Auto, produsen bus terbesar di dunia, untuk menguatkan posisinya dalam pengembangan kendaraan listrik. VKTR sejauh ini telah menyediakan 30 unit bus merek BYD yang dioperasikan oleh TransJakarta, dan dalam waktu dekat akan menambahkan 22 unit bus lagi dengan merek yang sama.
Direktur Utama VKTR Gilarsi W Setijono menjelaskan, VKTR saat ini mengimpor bus tipe K-9 secara CBU (completely built-up) langsung dari pabrik BYD di Shenzhen, Tiongkok. Perseroan juga tengah merintis pembangunan fasilitas perakitan di Indonesia melalui kemitraan dengan mitra lokal Trisakti yang berpengalaman di bidangnya. Fasilitas perakitan KBLBB akan berlokasi di Magelang, Jawa Tengah, dengan rencana tahap awal kapasitas perakitan sebesar 500 unit per tahun.
“Kami berkomitmen untuk mengembangkan fasilitas ini menjadi lini manufaktur yang handal, dengan peningkatan kapasitas hingga lebih dari 3.000 unit per tahun,” ujarnya.
Gilarsi menjelaskan, Vektor merupakan salah satu perusahaan rintisan atau startup di industri heavy commercial mobility yang berhasil mencetak keuntungan di tengah sulitnya pemain lain untuk bisa berjualan.
“Jadi, posisi kita relatif miracle dan satu hal yang patut kita syukuri adalah kita punya Bakrie Autoparts yang bisa support cashflow kepada kita,” ucap Gilarsi.
Terlebih, ungkap Gilarsi, Bakrie Autoparts sudah memiliki kemampuan untuk menghasilkan pendapatan paling tidak sebesar Rp 1 triliun. Bukan hanya itu, Bakrie Autoparts juga sudah mampu membukukan profitabilitas sehingga bisa menjadi bantalan (cushion) bagi VKTR. Dengan begitu, Bakrie Autoparts bakal berperan mendukung VKTR dalam melakukan banyak hal yang tentunya juga memerlukan banyak biaya yang terkadang nilainya jauh lebih besar dari pendapatan dan capital expenditure (capex).