Jakarta, MimbarBangsa.co.id – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah tetap stabil dan akan cenderung menguat.
Menurut Perry, sebab saat ini fundamental nilai tukar rupiah dalam tren positif, khususnya terkait kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat yang diperkirakan telah mencapai puncaknya.
“Fundamental nilai tukar rupiah akan tetap positif yaitu inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetap menariknya imbal hasil, dan juga komitmen BI menjaga nilai tukar rupiah,” ucap Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2023 di LPS Learning Center, Gedung Pacific Century Place pada Senin (8/5/2023).
Berdasarkan data kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI posisi nilai tukar rupiah adalah Rp 14.709 per dolar AS pada Senin (8/5/2023).
Perry mengatakan BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan cara tetap berada di pasar untuk memastikan bekerja secara mekanisme pasar dan nilai tukar rupiah tetap stabil. BI juga sudah menerapkan kebijakan Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) dalam mengoptimalkan pengelolaan DHE.
“Demikian juga perluasan penerapan pengelolaan DHE melalui implementasi Term Deposit VAlas DHE sesuai mekanisme pasar dan juga terus menambah kecukupan cadangan devisa,” kata Perry.
Adapun posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir April 2023 juga tetap tinggi sebesar US$ 144,2 miliar. Menurt dia jumlah cadangan devisa ini lebih dari cukup untuk mengendalikan nilai tukar rupiah.
“BI memandang stabilitas nilai tukar rupiah yang terkendali penting untuk mengendalikan inflasi khususnya inflasi barang impor(imported inflation),” tandas Perry.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan nilai tukar Rupiah menguat sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Secara year to date nilai tukar Rupiah pada 28 April 2023 menguat 6,12%, lebih tinggi dibandingkan dengan apresiasi Baht Thailand (1,35%), Rupee India (1,10%), dan Peso Filipina (0,67%).
“Hal ini didorong surplus transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran masuk modal asing, sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” kata Sri Mulyani.