Jakarta, MimbarBangsa.co.id – Utamanya keringat keluar saat tubuh panas. Fungsinya untuk pendinginan. Itulah mengapa keringat biasanya muncul ketika berolahraga. Tapi kadang seseorang dapat berkeringat bahkan tanpa melakukan apa-apa. Lalu apa penyebab keringat berlebih ini? Apakah menandakan penyakit tertentu?
Mengutip laman nhs.uk, keringat berlebih atau hiperhidrosis umumnya dapat mempengaruhi seluruh tubuh atau hanya area tertentu. Indikasinya adalah keluar keringat saat tubuh tidak perlu didinginkan. Keringat berlebih ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas. Bisa karena kondisi lain yang mungkin dimiliki seseorang atau sebagai efek samping dari obat yang mereka minum.
Sementara itu, mengutip Web MD, ada dua jenis keringat berlebih yaitu hiperhidrosis primer dan hiperhidrosis primer. Hiperhidrosis primer, juga disebut hiperhidrosis fokal, atau esensial, menyebabkan keringat berlebih di tangan, ketiak, wajah, dan kaki tanpa alasan yang jelas. Sedangkan hiperhidrosis sekunder menyebabkan keringat berlebih di seluruh tubuh atau di area tubuh yang lebih luas, dan dapat disebabkan oleh panas yang berlebih serta kondisi medis atau pengobatan.
Penyebab keringat berlebih
Masih menurut Web MD, satu hingga dua persen populasi manusia di dunia, mengalami hiperhidrosis. Mereka berkeringat bahkan ketika keadaan tidak mengharuskannya. Misalnya ketika mereka berada di dalam ruangan ber-AC, atau saat mereka sedang duduk dan menonton televisi tanpa melakukan aktivitas fisik. Bahkan, beberapa orang memberi tahu dokter mereka bahwa mereka berkeringat di kolam renang.
Salah satu penyebab keringat berlebih bisa jadi karena stres. Hal ini diungkapkan dokter di Westmed Medical Group, Yonkers, New York, Nicolas Pantaleo. Menurutnya, saat seseorang merasa stres, misalnya karena pekerjaan, semua emosi yang dirasakan meningkatkan suhu tubuh. Saat tubuh memanas, maka munculah keringat. Oleh karena itu, kata Pantaleo, mengontrol kecemasan dapat membantu dalam situasi ini.
“Terutama teknik rileksasi yang mengurangi kekhawatiran,” kata Pantaleo seperti dikutip dari Livestrong.
Selain itu, menurut Pantaleo, keringat berlebih dapat terjadi disebabkan karena kondisi medis tertentu. Kasusnya dapat yang terjadi setiap seminggu sekali. Seringnya dimulai sebelum usia 25 tahun, menurut International Hyperhidrosis Society. Kondisi medis yang dimaksud bisa karena diabetes, menopause, hipertiroidisme, asam urat, rheumatoid arthritis atau bahkan limfoma.
Penyebab lainnya keringat berlebih juga bisa karena obat yang dikonsumsi. Beberapa obat dapat bekerja pada bagian tertentu dari otak dan sistem saraf seseorang, yang pada akhirnya memicu keringat, misalnya obat antidepresan, antibiotik dan antivirus tertentu, kortikosteroid, obat tiroid dan insulin. Perbedaan keringat akibat obat dengan keringat pada umumnya, ialah keringat karena obat cenderung terjadi di seluruh tubuh atau tidak terpusat hanya di tangan atau kaki.
Mengutip laman mayoclinic.org, berkeringat mungkin pertanda awal seseorang mengalami masalah kesehatan. Kondisi kesehatan yang mungkin menyebabkan keringat berlebih meliputi yaitu akromegali, demam dengan penyebab yang tidak diketahui, infeksi, leukemia, malaria, kram haid, penyakit neurologis, pheochromocytoma (tumor kelenjar adrenal yang langka), dan tuberkulosis.
Lalu perlukah ke Dokter?
Menurut Pantaleo, jika tidak ada masalah medis yang mendasarinya, mungkin tidak perlu mencari bantuan ahli medis. “Jika keringat tidak mengganggu Anda dan terjadi setelah pemicu tertentu, Anda tidak perlu melakukan apa pun,” ujar Pantaleo. Tetapi, jika kondisi berkeringat disertai sesak napas, nyeri dada, jantung berdebar-debar, sakit kepala atau pusing, segerakan berkonsultasi dengan dokter. Keringat dingin bersamaan dengan gejala tersebut dapat mengindikasikan serangan jantung.
Sumber: Tempo. co