Jakarta, MimbarBangsa.co.id — Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan kenaikan harga telur perlu diwaspadai karena dapat mendorong inflasi lebih tinggi. Terlebih kenaikan harga terjadi di saat inflasi bahan pangan per Juli sudah hampir menyentuh 11 persen secara tahunan.
Ditambah, kata dia, di waktu yang bersamaan pemerintah sedang mewacanakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Maka, inflasi secara umum bisa mencapai 7 persen karena bahan bakar angkutan pangan ikut naik,” ucapnya saat dihubungi Tempo pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Adapun penyebab kenaikan harga telur diduga karena harga pakan ternak yang naik, baik jagung maupun gandum. Di pasar spot internasional, tuturnya, harga jagung melonjak 19 persen dibanding satu tahun terakhir.
Sementara Gandum sebagai campuran pakan ternak masih terhambat stok dari Ukraina karena perang. Alhasil keterlambatan pengiriman dan mahalnya harga bahan baku pakan ternak juga berimbas kepada peternak telur di Indonesia. Ia menyarakan pemerintah perlu mencari juga alternatif untuk menurunkan harga pakan ternak.
Ia menyebutkan hal yang bisa dilakukan saat ini adalah memastikan tidak adanya spekulan yang manfaatkan situasi. Ia menegaskan rantai pasok dari peternak hingga ke tangan konsumen harus di awasi.
Sumber: Tempo. co