JAKARTA, MimbarBangsa.co.id – PDI Perjuangan tak kunjung memberi sinyal soal sosok calon presiden yang akan mereka usung di pilpres mendatang.
Katanya, urusan pencalonan presiden sepenuhnya menjadi wewenang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Tetapi, nama Ketua DPP PDI-P yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kerap disebut sebagai sosok potensial.
PDI-P disinyalir bimbang. Hendak mendorong pencalonan Puan, tetapi elektabilitasnya mentok di kisaran 1 persen menurut survei berbagai lembaga.
Sementara, Ganjar yang notabene bukan petinggi PDI-P justru menjuarai survei sejumlah lembaga dengan elektabilitas tembus 20 persen.
Namun demikian, “darah biru” Puan sebagai putri mahkota partai dinilai memberinya peluang besar untuk melenggang ke panggung pilpres.
PDI-P pun seakan sedang berupaya keras mendongkrak elektabilitas cucu Bung Karno itu untuk bekal pencapresan.
Setelah menempatkan Puan di kursi strategis Ketua DPP Bidang Politik dan Keamanan PDI-P periode 2019-2024, kini, putri bungsu Megawati itu dapat tugas khusus dari ibundanya.
Tugas khusus dari Mega
Peran terbaru Puan di partainya ialah keliling Indonesia untuk bertemu dengan kader PDI-P di daerah. Tugas ini dimandatkan langsung oleh Megawati.
Puan mengaku, dirinya telah berkeliling ke berbagai penjuru tanah air, mulai dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sampai ke Papua.
“Selama ini saya muter-muter, Jawa Tengah, Jawa Timur, ini mulai masuk Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, sampai ke Papua, dan lain sebagainya. Ada yang nanya Mbak Puan mau ngapain si muter-muter?” kata Puan dalam keterangannya, Senin (4/7/2022).
“Ya pertama sebagai Ketua DPP partai sebagai Ketua DPR saya ditugaskan, inget ya ditugaskan Ibu Ketua Umum (Megawati) untuk muter-muter, untuk ketemu sama keluarga besar PDI Perjuangan,” sambungnya.
Menurut Puan, tugasnya untuk berkeliling tanah air ini dalam rangka konsolidasi partai.
Sebelumnya, Megawati juga mengamanatkan Puan agar melakukan penjajakan kerja sama dengan partai politik lain guna menghadapi Pemilu 2024.
“Dan tadi saya diminta ibu ketum sebagai ketua DPR bisa ikut menjajaki kerja sama, ada silaturahim,” kata Puan usai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI-P di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).
Puan mengungkapkan, PDI-P bakal melakukan penjajakan politik dengan semua partai tanpa terkecuali. Penjajakan ini atas arahan dan izin dari Megawati.
“Tentu saja, kita akan menjajaki kerja sama dengan semua partai yang ada,” ujarnya.
Menurut Puan, bagi PDI-P, silaturahmi ke partai politik adalah suatu kewajiban. Sehingga, peluang untuk kerja sama terbuka lebar.
“Dan Insya Allah dan setelah rakernas kita akan memulai melakukan silaturahmi-silaturahmi” katanya.
Dalih PDI-P
Puan mengatakan, ada alasan khusus mengapa dirinya yang bertugas keliling Indonesia untuk konsolidasi, bukan Megawati.
Menurut dia, ini karena kondisi Megawati yang sudah tidak memungkinkan untuk turun langsung bertemu masyarakat.
Puan mengaku meminta langsung pada ibunya untuk tidak lagi terjun ke bawah demi menjaga kondisi kesehatannya.
“Kenapa? Kita semua sayang sama Ibu Mega kan. Nah jadi saya memang termasuk orang yang meminta Ibu Mega itu enggak muter-muter seperti dulu,” kata Puan.
“Karena kita sayang sama Ibu Mega kita jaga kesehatannya, kalau acara besar, acara urgent, acara penting ibu akan hadir,” tuturnya.
Sementara, Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat berdalih, penunjukan Puan sebagai pengganti Mega untuk konsolidasi ke daerah-daerah juga bukan tanpa alasan.
Ini karena peran Puan di internal PDI-P sebagai Ketua DPP di bidang politik.
“Mbak Puan itu di DPP sebagai ketua bidang politik. Beliau putrinya Bu Megawati,” kata Djarot di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (4/7/2022).
Tak hanya konsolidasi ke daerah, menurut Djarot, Puan juga mulai menjalin komunikasi dengan partai-partai politik lainnya, sebagaimana titah Mega.
Puan ditugaskan dalam urusan ini karena dia merupakan Ketua DPR yang kerap bertemu fraksi-fraksi partai di Parlemen.
“Komunikasi lintas fraksi itu pasti dilakukan oleh beliau. Semua partai-partai politik itu kan ada fraksi-fraksi juga kan dan setiap saat juga bertemu sama beliau (Puan Maharani),” jelasnya.
Terkait pilpres?
Ketika ditanya apakah langkah ini terkait pencapresan, Djarot mengatakan, partainya masih belum memikirkan pilpres dalam waktu dekat. Sebab, gelaran pemilihan itu baru akan dilaksanakan di 2024.
“Kalau pemilu kan masih 2024 ya. Jadi kalau hal-hal yang sifatnya teknis itu kalau partai kan tetap tegak lurus ya pada hasil keputusan kongres, apalagi soal pencapresan,” kata dia.
Perihal capres sendiri sebelumnya sudah ditegaskan oleh Megawati. Dia meminta semua pihak bersabar terkait ini.
“Tentu semuanya berpikir, kenapa ya ibu, sudah banyak itu pertanyaan. Kapan mau mendeklarasikan calon presiden dan calon wakil presiden, ya sabar lah sedikit,” kata Megawati dalam pidatonya di Rakernas II PDI-P, Kamis (23/6/2022).
Megawati beralasan, dirinya belum selesai menghitung atau mempertimbangkan mana calon yang tepat.
Menurut dia, sebagai ketua umum pemegang hak prerogatif untuk menentukan capres, dirinya harus betul-betul teliti sebelum ambil keputusan.
“Saya sebagai ketua umum harus menghitung gitu loh, jadi perhitungan saya belum selesai,” tutur Presiden ke-5 RI itu.
Agenda besar
Melihat ini, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, PDI-P tengah berupaya mengenalkan Puan ke masyarakat luas. Ini tak lepas dari agenda besar partai penguasa itu untuk mengusung Puan di Pilpres 2024.
Menurut Yunarto, PDI-P sepenuhnya sadar bahwa elektabilitas Puan masih sangat minim. Tapi, sebagai putri mahkota, partai banteng ingin mendorong pencalonan mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) itu di pilpres.
“Mungkin setelah memberikan kesempatan kepada Mbak Puan untuk keliling, berkenalan dengan masyarakat, dengan kader, dan di situ nanti akan dilihat apakah kemudian ada peningkatan elektabilitas atau tidak,” kata Yunarto kepada Kompas.com, Senin (4/7/2022).
Seandainya upaya itu tak membuahkan hasil berupa meningkatnya elektabilitas Puan, menurut Yunarto, PDI-P bisa saja memutuskan untuk mengusung nama lain sebagai capres.
Boleh jadi, Megawati akan menunjuk Ganjar yang jelas-jelas punya elektabilitas tinggi.
Sebab, sebagai partai penguasa selama hampir sepuluh tahun, PDI-P pun enggan merugi karena capres yang diusungnya gagal menang.
“Kan sudah jelas ditargetkan PDI Perjuangan harus mendapatkan hattrick, 3 kali kemenangan, dan itu tidak mungkin didapatkan ketika capresnya tidak punya elektabilitas yang cukup,” ujar Yunarto.
Kendati demikian, Yunarto menilai, PDI-P tidak akan buru-buru mengumumkan capresnya.
Berkaca pada Pilpres 2014, Megawati cenderung mengambil keputusan di masa injury time atau detik-detik terakhir pendaftaran calon.
Oleh karenanya, sebelum mendekati hari pendaftaran capres cawapres, PDI-P bakal menempuh berbagai upaya, bahkan sebisa mungkin meningkatkan elektabilitas Puan, sambil mengalkulasi peluang kemenangan.
“Partai ini belum berani berbicara mengenai koalisi dan bahkan masih mendorong kadernya untuk bergerak, lalu melarang kadernya untuk bicara mengenai capres, termasuk masih memberikan waktu untuk Mbak Puan bekerja,” kata Yunarto.
Sumber: Kompas