Chicago, MimbarBangsa.co.id – Harga minyak turun pada Kamis (9/6/2022) tetapi masih di dekat level tertinggi 3 bulan setelah sebagian Shanghai kembali diberlakukan penguncian (lockdown) Covid-19 meskipun ekspor Tiongkok Mei lebih kuat dari perkiraan sehingga mendorong prospek permintaan.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk Agustus turun 33 sen atau 0,2% menjadi US$ 123,25 per barel, sementara harga minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) Juli berada pada US$ 121,63 per barel, turun 48 sen, atau 0,3%.
Ekspor Tiongkok Mei melonjak 16,9% dari tahun sebelumnya karena pelonggaran pembatasan Covid-19 memungkinkan beberapa pabrik memulai produksi. Kinerja Mei merupakan pertumbuhan tercepat sejak Januari 2022 dan lebih dari dua kali lipat ekspektasi analis.
Di tengah data perdagangan Tiongkok yang optimistis, sayangnya harga minyak membalikkan kenaikan ke zone merah akibat sentimen lockdown sebagian Shanghai.
“Yang jauh lebih penting adalah berita bahwa sebuah distrik Shanghai telah dikunci (lockdown), memunculkan kembali kekhawatiran pelemahan Tiongkok karena kebijakan nol-Covid. Itu membatasi kenaikan di Asia hari ini,” kata analis pasar OANDA untuk Asia Pasifik, Jeffrey Halley.
Beberapa bagian Shanghai mulai memberlakukan pembatasan baru pada Kamis. Warga distrik Minhang diperintahkan tinggal di rumah selama 2 hari untuk mengendalikan risiko penularan.
“Kinerja ekspor sangat mengesankan di tengah penguncian beberapa kota di negara itu pada bulan ini,” kata Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes, dalam sebuah catatan.
Sementara puncak permintaan bensin musim panas di Amerika Serikat (AS) terus memberikan pengaruh pada harga.
Data Administrasi Informasi Energi (EIA) Rabu (8/6/2022) mencatat persediaan bensin AS secara tak terduga turun, menunjukkan ketahanan permintaan bahan bakar motor selama periode puncak musim panas meskipun harga pompa sangat tinggi.
Sumber: beritasatu.com