Komisi VI Dukung Konsorsium Riset dan Inovasi untuk Kemandirian Bangsa Jangka Panjang

Sekda Nias Selatan Ikhtiar Duha

Jakarta, Mimbar Bangsa – Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Evita Nursanty mendukung upaya yang dilakukan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 dalam menghasilkan produk untuk penanggulangan wabah Covid-19. Selain aspek percepatan izin dan kualitas, dia meminta agar konsorsium setelah Covid-19 bisa menjawab tantangan kemandirian bangsa, baik dalam bidang kesehatan, pangan, energi, dan lainnya.

Ada sejumlah produk yang saat ini sedang tahap uji hingga yang siap diproduksi, yaitu terkait test kit, ventilator, laboratorium bergerak BSL2, respirator hingga alat pelindung diri (APD), suplemen, vaksin, obat, dan terapi. Evita sepakat bahwa dalam jangka pendek perlu didorong percepatan proses sertifikasi, uji klinis, izin produksi, dan izin edar, namun dengan tetap memerhatikan juga sisi kualitas dan kepastian pengadaannya.

Dinas-Pariwisata-Anggreani-Dachi

“Tetapi, kalau pun waktunya tidak memungkinkan untuk diproduksi sekarang, para periset dan inovator jangan berhenti berinovasi. Mari kita pikirkan juga jangka menengah dan panjang, bagaimana konsorsium seperti ini kita pertahankan untuk menjawab kemandirian kita sebagai bangsa mulai dari kesehatan, pangan, energi, dan lainnya,” ujar Evita dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (9/5/2020).

Menurut Evita, pandemi Covid-19 menjadi titik awal bagi Indonesia untuk melakukan perbaikan besar-besaran di berbagai bidang yang selama ini sangat bergantung pada impor. Sebagai contoh, untuk produk terkait kesehatan, potensi ekonominya juga sangat besar, termasuk ekspor. Produk farmasi BUMN dan swasta Indonesia bisa menguasai 27% pasar ASEAN.

Ini tinggal dikembangkan lebih baik lagi. Bahan baku bisa lebih mandiri dan membangun obat atau herbal asli indonesia. Apalagi, ujarnya, tren global kian berubah dari kimia ke bio.

“Alkes dan obat kita 90% bahan baku impor. Saat pandemi kita sulitnya bukan main. Kita juga impor pangan dan bibit pangan mulai gandum, kedelai, bawang putih, dan lainnya. Padahal, kedelai Grobogan itu lebih bagus. Ini impor terus. Kita butuh riset dan inovasi. Periset dan inovator harus berjalan bersama dengan industri dan BUMN. Ini momentum kita semua. Ayo berkolaborasi,” kata Evita.

Evita Nursanty juga mendukung seandainya Kementerian Kesehatan membuat regulasi baru untuk menjadi dasar hukum bagi pengujian produk kesehatan dalam masa darurat sehingga punya dasar hukum. Kondisi ini semata untuk mengejar pemenuhan kebutuhan yang mendesak, belum tahap industrialisasi.

Tapi sekali lagi, karena ini produk kesehatan yang berkaitan dengan nyawa manusia, maka harus sangat hati-hati. Kualitasnya juga harus menjadi bahan pertimbangan,” ujar Evita.

Sumber: Beritasatu

Waoli Lase CEO Mimbar Bangsa

Leave a Reply